(Gambar : Legenda Pendekar Sabeni)

Pada abad 19 dulu, ada seorang pendekar di Tenabang (sebutan Tanah Abang dalam logat Betawi) yang selalu membela rakyat kecil yang ditindas oleh penjajah, Pendekar Sabeni namanya. Pendekar Sabeni lahir sekitar tahun 1860 di Kebon Pala Tanah Abang dari orang tua bernama Canam dan Piyah.

Nama Sabeni mulai dikenal luas setelah Sabeni mampu mengalahkan salah satu jagoan di daerah Kemayoran yang dijuluki Macan Kemayoran ketika hendak melamar puteri si Macan Kemayoran tersebut untuk dijadikan isterinya.

Selain itu ada peristiwa lain dimana Sabeni berhasil mengalahkan dengan telak Jago Kuntau dari Cina di Princen Park (sekarang bernama Lokasari) yang sengaja didatangkan oleh penjajah Belanda bernama Tuan Danu yang tidak menyukai aktivitas Sabeni dalam melatih para pemuda Betawi bermain silat atau maen pukulan. Alhasil, oleh penjajah Belanda akhirnya Sabeni diangkat menjadi seorang Serehan (sebutan untuk kepala kampung) di Tenabang.

Silat Sabeni mempunyai ciri khas yaitu dengan mengandalkan gerakan tangan yang sangat cepat, dengan sasaran serangan pada bagian muka dan daerah yang sangat vital pada tubuh. Pada aliran Silat Sabeni mengajarkan bahwa, tidak boleh ada jarak dengan lawan dengan maksud bertarung dalam jarak yang sangat dekat. 

Aliran Silat Sabeni memilik lima belas jurus dasar dalam teknik penyerangan, salah satu jurus yang paling terkenal adalah Jurus Kelabang Nyebrang. Selain itu masih ada jurus-jurus lainya yang tidak kalah hebat dan populer dikalangan pesilat aliran Sabeni. Pada aliran Silat Sabeni terdapat juga lima belas bukaan dan kuncian dalam menghadapi serangan dari lawan


LOGO


Berdasarkan situs sabenitenabang.com (2010) menyatakan bahwa, lambang perguruan seni bela diri sabeni mempunyai arti sebagai berikut:
  • Lingkaran mengandung arti :  Kebulatan tekad dalam menggapai cita-cita
  • Nama “ Seni Betawi Tenabang ” mengandung arti :  Sebagai identitas perguruan
  • Gambar kelabang mengandung arti :  Jurus Kelabang Nyebrang dalam Seni Betawi Tenabang, Kelabang mengajarkan tentang rendah hati, tidak akan menyerang orang lain terlebih dahulu, kecuali jika lawan yang memaksa memulai pertarungan
  • Gambar naga mengandung arti :  Jurus Naga Ngeram dalam Seni Betawi Tenabang.  Kewibawaan dan semangat juang yang tinggi
  • Gambar merak mengandung arti :  Jurus Merak Ngigel dalam Seni Betawi Tenaban, Keindahan, seni sekaligus keberanian memperjuangkan kebenaran.
  • Gambar bumi mengandung arti :  Jurus Selat Bumi dalam Seni Betawi Tenabang.  Kewajiban untuk melestarikan bumi dan menjaga perdamaian
Ternyata kisah Sabeni hampir mirip dengan cerita film Ip Man 1 - jagoan lokal diadu melawan tentara Jepang yang ahli beladiri. Tentu jika Anda penggemar film, pasti sudah menonton film yang dibintangi Donnie Yen itu. 

Dikisahkan, Sabeni jago sekali dalam olah beladiri. Pada suatu ketika, Jepang, pada masa itu Indonesia tengah dalam kekuasaan Negeri Matahari Terbit itu, mengeluarkan aturan perekrutan tenaga muda untuk melawan sekutu. Jadi salah satu anak Sabeni bernama Sapi’í - yang masih muda belia, diharuskan menjadi anggota Heiho - semacam sukarelawan untuk membantu prajurit Jepang. Ia kemudian ditempatkan di Surabaya.

Akibat perlakuan tentara Dai Nippon yang begitu keras, Sapi’I akhirnya kabur dari Surabaya dan sembunyi di rumah orangtuanya. Pihak Jepang terus mencarinya tapi tak kunjung ketemu. Akhirnya pihak Jepang kesal dan menahan Sabeni. Masuk penjara Sabeni.

Mengetahui Sabeni tersohor sebagai jago silat, pihak Jepang menantangnya untuk diadu dengan anak buahnya, serdadu jago karate. “Kalau menang, Sabeni bebas dan pulang,” kata sang komandan.  Lalu duel diadakan. Dan hasilnya Sabeni berhasil menundukan jago karate itu. 

Sang komandan terlihat tidak puas. Ia ingkar janji untuk segera membaskan Sabeni. Kemudian diadu lagi. Lawannya seorang jago sumo. Dan lawannya ini pun tumbang oleh Sabeni. Dua jagoan Jepang kandas oleh ilmu silat Sabeni. Bangga sekali rasanya sebagai warga negara Indonesia, ternyata ilmu silat yang tradisional itu mampu mengatasi lawan orang Jepang yang punya kemampuan beladiri karate dan sumo.

Setelah itu Tentara Jepang pun terkesima dengan kemampuan silat Sabeni dan tak lama setelah Pendekar Sabeni dan Sapi’ie dibebaskan, salah seorang komandan tentara Jepang tersebut datang ke rumah Sabeni untuk menawarkan Sabeni agar melatih tentara khusus mereka di Jepang. Namun karena usia Sabeni yang sudah terlalu tua untuk bepergian dan melatih ketika itu (83 tahun), maka dikirimlah murid kepercayaan Sabeni yang bernama Salim untuk berangkat ke Jepang. Sabeni pun kembali menjalani hari-harinya di tanah kelahirannya, Tanah Abang.

Pendekar Sabeni mengisi hari tuanya dengan melatih warga yang ingin belajar silat darinya. Ia mengajar maen pukulan ke hampir seluruh penjuru kota Jakarta hingga meninggal dunia dengan tenang dan didampingi oleh para murid dan anak-anaknya pada hari Jumat tanggal 15 Agustus 1945 atau tepatnya 2 hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dalam usia 85 tahun. Sabeni dimakamkan di Jalan Kubur Lama Tanah Abang yang kemudian atas upaya salah satu putranya yang bernama M. Ali Sabeni, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta jalan tersebut diganti namanya menjadi Jalan Sabeni. Saat ini makam Pendekar Sabeni telah dipindahkan ke TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat yang lokasinya berdekatan dengan makam almarhum M.H.Thamrin salah seorang tokoh Nasional yang juga berasal dari DKI Jakarta.