Alasan membahas sirah ini adalah karena ada pelajaran-pelajaran terkandung didalamnya, banyak hakikat yang sering dipalsukan oleh musuh-mush islam. Bahwa Islam hanyalah kelanjutan dari hanifiyah yang dibawa oleh abul-anbiya (ayah dari ayahnya nabi), Ibrahim A.S dalam surat Al-hajj:22 dan Ali-imran:95
Bangsa Arab adalah anak-anak Ismail A.S. Karena mereka mewarisi millah dan manhaj yang pernah dibawa oleh Bapak mereka. Menyerukan tauhidullah, beribadah kepada-Nya, mematuhi hukum-hukumNYA, Mengagungkan tempat-tempat SuciNya khususnya Baitul Haram, menghormati syiar-syiarNya dan mempertahankannya.

Mereka mencampur adukkan kebenaran yang diwarisi dengan kebatilan. Seperti semua umat dan bangsa, apabila telah dikuasai kebodohan dan dimasuki tukanng-tukang sihir dan ahli kebatilan, masuklah kemusyrikan kepada mereka. Mereka kembali menyembah berhala-berhala. Dan orang pertama yang mengajak menyembah berhala adalah Amr bin Luhayyi bin Qam'ah, nenek moyang bani Khuza'ah.
Sampai Ibnu Hisyam meriwayatkan bagaimana Amr bin Luhayyi bin Qam'ah ini memasukkan penyembahan berhala kepada bangsa Arab. Ia berkata "Amr bin Luhayyi keluar makkah ke syam untuk suatu keperluannya. Ketika sampai di Ma'ab, di daerah Balqa', pada waktu itu di tempat tersebut terdapat anak keturunan Amliq bin Laudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat mereka menyembah berhala-berhala. Amr bin Luhayyi lalu berkata kepada mereka 'Apakah berhala-berhala yang kamu sembah ini?' mereka menjawab 'ini adalah berhala-berhala yang kami sembah. Kami meminta hujan kepadanya lalu kami diberi hujan. Kami meminta pertolongan kepadanya lalu kami ditolong' Amr bin Luhayyi lalu berkata lagi 'Bolehkah kamu berikan satu berhala kepadaku untuk aku bawa ke negeri arab agar mereka (juga) menyembahnya?' Mereka pun memberikan satu berhala, bernama Hubbal lalu Amr membawanya pulang ke Makkah dan dipasanglah berhala tersebut. Selanjutnya ia memerintahkan orang-orang untuk menyembah dan menghormatinya."
Demikianlah penyembahan berhala dan kemusyrikan telah tersebar di Jazirah Arab, mereka telah meninggalan aqidah tauhid dan mengganti agama Ibrahim juga ismail dan yang lainnya. Akhirnya mereka mengalami kesesatan, meyakini berbagai keyakinan yang keliru dan melakukan tindakan-tindakan buruk, sebagaimana ummat-umat yang lainnya. Melakukan semua kebodohan, ke-ummi-an dan keinginan membalasa terhadap kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa yang ada disekitarnya. Meskipun demikian, diantara mereka masih terdapat orang-orang yang masih teguh pada aqidah tauhid dan berjalan sesuai ajaran hanifiyah, yaitu ajaran meyakini hari kebangkitan, mempercayai bahwa Allah akan memberi pahal kepada orang-orang yang taat dan menyiksa orang-orang yang berbuat maksiat, membenci penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang-orang Arab dan mengecam kesesatan pikiran dan tindakan-tindakan buruk lainnya. Diantara nya tokoh-tokoh dan penganut sisa-sisa hanifiyah ini adalah: Qais bin Saidah al-Ayadi, Ri'ab asy-Syani, dan Pendeta Bahira.
Selain itu ada tradisi mereka yang terdapat "sisa-sisa" prinsip agama yang hanif dan syiar-syiarnya kendatipun kian lama kian berkurang. Karena itu, kejahilan mereka, dalam hal dan keadaan tertentu, masih tershibgah oleh pengaruh, prinsip-prinsip dan syiar-syiar hanifiyah sekalipun syiar-syiar itu tidak tampah dalam kehidupan mereka kecuali sudah tercemar bentuknya. Seperti memuliakan kabah, thawaf, haji, umrah, wuquf di arafah dan berqurban. Semua itu syariat dan warisan peribadahan sejak nabi Ibrahim AS. Aka tetapi pelaksanaanya tidak sesuai dengan ajaran sebenarnya. Mereka pun memasuki kabah dengan membawa berhala-berhala mereka.
Pertumbuhan sejarah arab ada dalam naungan hanifiyah samhah yang dibawa oleh Abul Anbiya. Pada mulanya kehidupan mereka disinari oleh aqidah tauhid, cahaya petunjuk dan keimanan. Setelah itu, sedikit demi sedikit bangsa Arab menjauhi kebenaran tersebut. Dalam kurun waktu cukup lama, akhirnya kehidupanpun berbalik dalam penuh kegelapan, kemusyrikan dan kesesatan pemikiran kendatipun kebenaran rambu-rambu yang lama masih bergeliat dalam sejarah perjalanan mereka secara amat lamban, semakin lama semakin lemah dan berkurang pendukungnya.
Makna dari pemikiran ini ialah sejarah jahiliah semakin terbuka kepada hakikat-hakikat tauhid dan sinar hidayah. Semakin jauh dari zaman ibrahim A.S, mereka semakin dekat dengan prinsip-prinsip dan dakwah islam sehingga mencapai titik puncak pada bi-tsah Nabi Muhammad SAW
Banyak ummat yang merasa sudah tersesat jauh selepas ditinggalnya oleh Nabi Muhammad SAW, masih terus meyakini sihir, jin dan kepercayaan-kepercayaan serupa, sebagaimana halnya mereka masih melakukan thawaf di Ka'bah, memuliakan dan menunaikan ritual serta syiar-syiar tertentu yang tidak jauh berbeda dari yang dahulu. Dan menjadi hipotesis, pertama Muhammad SAW bukan lah nabi. Kedua, "sisa-sisa" hanafiyah dari zaman Nabi Ibrahim yang terdapat di tengah-tengah kehidupan bangsa Arab yang kita bahas hanya kreasi mereka dan tradisi yang mereka ciptakan sendiri. Penghormatan kepada kabah dan pengagungannya bukan pengaruh dari abul anbiya, melainkan sesuatu yang diciptakan oleh lingkungan arab. Dengan demikian, ia hanyalah salah satu dari sejumlah tradisi bangsa Arab yang beranekaragam. Untuk mempertahankan kedua hipotesis itu, mereka menolak bukti dan fakta sejarah yang akan membantah hipotesis mereka dan menyatakan kepalsuannya.
Padahal, kita tidak bisa menolak sama sekali pemikiran tentang bukti-bukti kenabian Muhammad SAW seperti fenomena wahyu, mukjizat al-Qur'an dan kesucian dakhwahnya dengan dakwah para Nabi bersama sejumlah sifat dan akhlaqnya, hanya karena kita harus menerima hipotesis bahwa Muhammad SAW bukan nabi.
Kita juga tidak bisa menolak pemikiran sejarah yang menyatakan bahwa Ibrahim telah membangun Kabah yang mulia atas perintah dan wahyu dari Allah SAW. Kita tidak bisa menolak bahwa para nabi secara berantai telah berdakwah kepada tauhidullah, meyakini masalah ghaib terkait hari kemudia (kebangkitan), pembalasan, surga dan neraka yang telah disebutkan dalam nash (ketentuan) kitab Samawi yang telah dibenarkan oelh sejarah dan semua generasi hanya karena kita harus menerima suatu hipotesis yang menyadarkan bahwa apa yang kita sebut "Sisa-sisa zaman ibrahim" pada masa Jahiliyah itu tidak lain hanyalah tradisi yang diciptakan ole pemikiran bangsa Arab dan Muhammad SAW hanya datang untuk mengecatnya dengan cat agama Islam. Mereka hanya mengeluarkan tuduhan dan tidak memiliki bukti dan dalil sama sekali, hanya mengemukakakn lontaran-lontaran pemikiran yang tidak ilmiah sama sekali.
Sistem pemikiran didalam agama, menurut Gibss tidaklah berbeda dengan berbagai kepercayaan pemikiran yang ada pada bagnsa arab. Muhammad SAW telah merenungkannya dan menugbah bagian-bagian yang diubahnya. Untuk hal yang tidak dapat dihindari, dia telah menutupinya dengan kain agam islam, juga tidak lupa mendukungnya dengan suatu kerangka pemikiran dan sikap-sikap agama yang cocok. Lalu berfikir unutk meneggakan kehidupan agama ini dalam sistem Al-Qur'an.
Sesungguhnya, pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam biuku ini bukanlah hasil pemikiran penulis, melainkan pemikiran yang sebelum ini telah dikemukakan oleh para pemikir dan kaum muslimin yang terlalu banyak untuk dikemukakan disini. Akan tetapi, cukup saya sebutkan salah seorang diantara mereka yaitu Syekh Syah Waliyullah ad-Dahlawi. Ada pembuktian kutipan syekh dipalsukan dan telah diubah olehnya. Dan mereka melaksanakan syariat tersebut sampai datang Amr bin Luhayyi memasukkan pemikiran-pemikiran yang sesat dan menyesatkan. Ia mensyariatkan menyembahn berhala dan kepercayaan-kepercayaan lainnya. Sejak itu agama telah dicampur adukkan dengan batil sehingga kehidupan meeka dikuasai oleh kebodohan, kerusakan dan kemusyrikan.
Allah lalu mengutus Nabi Muhammad SAW untuk meluruskan kebengkokan mereka dan memperaiki keruskaan dan meninjau syariat mereka apa yang sesuai dengan ajaran ismail atau syiar-syiar Allah ditetapkannya. Apa yang telah dirusak atau diubah, termasuk kemusyrikan atau kebatilan, dibatalkannya dan dicatatanua pembatalan tersebut.
Tapi yakinlah apa yang kita bicarakan hari ini adalah sia-sia. Akan tetapi ingin lebih megnajak pembaca mengetahu sejauh mana fanatisme buta ini mempengaruhi seseorang. Sejauh mana metodologi dan objektivitas pembahasan ilmuwan barat yang oleh sebagian orang diagung-agungkan itu.
Renungkan dari peristiwa ini:
- Kita juga dapat mengetahui kaitannya Islam dan pemikiran jahiliyah yang berkembang dikalangan orang Arab sebelum islam datang. Dan kaitannya antara masa jahiliah dan millah hanifiyah yang telah dibawa oleh Ibrahim A.S
- Kita juga dapat mengetahui mengapa Rasulullah SAW banyak menetapkan teradisi-tradisi dan prinsip yang sebelumnya telah berkembang dilangan orang arab. tetapi pada waktu yang sama Rasulullah SAW juga yang menghapus dan memerangi yang lainnnya.
- Dengan demikian, dapat menjelaskan dan menjadi ketegasan dalam esensi Sirah Nabawiyah dan Mengistinbath fiqh dan pelajaran-pelajarannya..