Sejak dulu hingga sekarang, pemuda adalah Primadona kehidupan. Entah berapa banyak tokoh yang telah mengungkapkan betapa berharganya identitas seorang Pemuda. Mereka dapat menjadi otaknya rakyat dalam berfikir, kaki-tangannya rakyat dalam bergerak, dan hatinya rakyat dalam merasa. Dan dalam aspek politik, pemuda mempunyai goresan sejarah panjang yang baik di Indonesia maupun dinegara-negara lain didunia seperti Mesir dan Palestina.
Contohnya, di Indonesia pemuda punya peran penting dalam upaya memperjuangkan hingga mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. Dalam hal ini, saya ingin mengatakan dan berharap kita (baca:pemuda) punya persepsi yang sama bahwa kisah manis berharganya pemuda bukanlah sejarah yang tak terulang, karena sampai kini konsistensi pemuda pun tetap diperhitungkan.
Dalam hal ini, saya menguatkan 2 poin terkait konsistensi pemuda hari ini yaitu:
1. Kuantitas Pemuda
Pada umumnya negara demokratis menganut sistem pemilu dan Sistem pemilu ini mengacu pada suara langsung dari rakyat, sehingga setiap partisipan pemilu dalam proses transisi politik sangat memperhatikan elemen-elemen yang ada pada rakyat sebagai pemilih itu sendiri. Terlebih lagi pemuda, pada pemilu tahun 2014, dari 189 juta penduduk Indonesia yang punya hak pilih 30%nya adalah Pemuda. Artinya pemuda memiliki posisi tawar yang sangat tinggi, jadi tak heran pemuda dijadikan sasaran dalam kampanye-kampanye politik,
2. Pemuda sebagai elemen medium class
Sebagai pihak yang berpeluang besar memiliki integritas dan idealisme. Sehingga suara lantangnya diperlukan untuk mengawasi bahkan membantu keberlangsungan proses politik yang lurus dan diidam-idamkan rakyat. Namun Sayangnya, status pemuda dalam dunia politik tidak banyak dipahami oleh pemuda itu sendiri. Sehingga mereka yang acuh akan tertindas dan yang terjun tapi tak benar-benar faham akan dipermainkan.
Dan Kita kini banyak dipusingkan dengan permasalahan kualitas kita sendiri, sehingga jika kita tidak berbenah sekarang besar kemungkinan peran penting kita dalam teori sejarah akan benar-benar sekedar teori. Dan permasalahan kita (baca:pemuda) hari ini adalah:
a. Demoralisasi Pemuda
b. Terpecahnya gerakan pemuda sehingga peran secara komunal tidak optimal
Padahal, dalam aspek politik pemuda bukan kelompok biasa. Sehingga partisipasinya bukan hanya sebatas hak pilih dalam pilkada/pemilu melainkan ikut berkontribusi mengawal langsung proses politik yang ujungnya ada pada terselenggaranya negara sesuai tujuan yang tertera padaPembukaan UUD 1945.
Sedikit prolog dari Presiden RI ke-1 (Ir.Soekarno) ia berkata, "beri aku 1000 orang tua maka akan aku cabut semeru dari akarnya dan beri aku 10 orang pemuda yang cinta akan negerinya maka pasti akan aku kuncangkan dunia".
Kutipan diatas mungkin tak asing ditelinga kita, tapi coba renungkan dan bayangkan bila beliau hidup hari ini dan melihat keadaan bangsa kita sekarang. Saya tidak tau, entah ia butuh berapa ribu pemuda untuk negeri ini tetap bisa menggoncang dunia. Maka mari kita sedikit bercermin, tentang masalah kualitas pemuda (baca: demoralisasi pemuda) dan peran pentingnya dalam politik.
Faktanya, Pemuda hari ini sibuk dengan urusannya sendiri, mereka lebih senang berhura-hura mencari kebahagiaan untuk dirinya sehingga keresahan pada negeri yang dulu nampak para pemudanya kini tak terlihat. Ditambah lagi dengan partai politik kini, yang semestinya melahirkan para pejuang kini beralih fungsi menjadi penampung pundi-pundi dan pengemis simpati rakyat.
Dan saya tekankan disini, tak layak status seorang pemuda bila ia hanya memiliki sebatas hak pilih dalam pemilu/pilkada, maka pemuda harus mengambil hal lebih dengan memberikan kontribusi mengawal proses transisi demokrasi ini.
Kita bisa masuk ke penyelenggara pemilu seperti KPU-Daerah, PPK, PPS, KPPS, Pengawas atau bahkan peserta pemilu/pilkada itu sendiri. Karena diam adalah sebuah pengkhianatan. Dan kedzaliman terjadi bukan karena sedikitnya orang baik, tapi karena banyaknya orang baik yang memilih untuk diam.
Kenyataannya lagi, bahwa politik negara ini sedang sakit, oligarki partai politik hadir dalam pengambilan kebijakan yang seharusnya untuk rakyat. Dan saya menganggap ini sebagai kekurangan dari sistem demokrasi dengan pemilihan langsung, bahwa para Partai Politik akan menjual tokoh-tokoh tertentu hanya untuk meraih simpati rakyat, secara real dipilih di pemilu dan menang.
Indikasinya banyak orang-orang yang tidak pernah belajar atau berpengalaman dalam dunia politik tiba-tiba banting stir menjadi caleg, cagub dll karena mereka dipilih parpol untuk popularitas sehingga diharapkan mampu mendongkrak elektabilitas parpol itu sendiri. Saya sering menyebutnya ini iconic.
Apalagi bila kita lihat peran media kita sekarang, media informasi telah dikuasai. Dan peran pemuda inilah yang harusnya dilakukan dengan turun langsung ke masyarakat dan memberikan penjelasan kompherensif tentang politik agar masyarakat tak menelan mentah-mentah asupan media yang sebenarnya mungkin salah. Tentang salah satu dari ratusan peran pemuda dalam Politik.
Bicara pemuda juga tak akan lepas dari kata Mahasiswa, kalau dalam ekonomi istilahnya mahasiswa adalah pemegang saham terbesar dalam sebuah perusahaan. Jadi kearah mana mahasiswa bergerak, ke arah itulah pemuda dikatakan menuju. Betul tidak?
Dan kini pemuda tidak bisa mengenyampingkan politik, karena ekonomi, sosial, budaya bahkan agama turut terimbas olehnya. Maka pemuda mari turun ke masyarakat bangun dan rangkul elemen pemuda dengan mengecilkan perbedaan dan besarkan tujuan.
Semarak dan efektifkan kajian dan diskusi mahasiswa skala kampus, regional hingga nasional, Independen, terbuka dan tanpa campur tangan pemerintah dan kepentingan luar. Hingga terciptanya pemuda yang ideal, tak jadi alat dalam kampanye politik yang sering dipermainkan.
Sebagai penutup, sadarilah penggalan kalimat dari Presiden RI ke-1 kita bahwa "...Perjuangan kita lebih sulit karena menghadapi bangsa kita sendiri." Dan benar saudaraku, Hari ini kita benar melihat dan merasakan rusaknya mental, korupsi dan permainan politik yang menjadi kudapan.
Maka pemuda, ambillah peran kontribusimu dalam proses politik.
Yakini diri kita punya 2 kekuatan yaitu, idealisme dan kritis.
Dan lakukan hal yang benar, seperti pepatah arab "Qulil Haqqa Walau Kanna Muran" artinya Berkatalah yang benar meskipun itu pahit atau berteriaklah jika itu benar.
Dan semoga perjuangan kita tulus dan berbuah hasil. Karena pemuda hari ini bukan hanya yang berorasi apalagi mencaci, bukan cuma yang duduk tertawa lalu selfie, bahwa sudah saatnya pemuda melakukan hal-hal Kongkrit membuat karya dan perubahan untuk perbaikan Negeri Indonesia menjadi lebih baik lagi.