Apa Artinya Saya Menganut Islam
A. Mengislamkan Aqidah
Syarat pertama dalam berkomitmen sebagai Muslim adalah aqidah harus lurus, jelas, dan benar, sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Faw karena aqidah yang tidak bersih akan tercemari oleh hal-hal yang melemahkan iman, iman yang lemah akan mempengaruhi segala aktivitas seorang muslim dalam hidupnya.
Agar dapat mengislamkan aqidah, maka wajib :
- Beriman bahwa pencipta alam semesta ini adalah Alloh yang Maha Bijaksana, Maha kuasa, Maha mengetahui, dan Maha Berdiri Sendiri. (Q.S. Al-Anbiya’ : 22)
- Beriman bahwa Al-Kholiq menciptakan alam semesta ini tidaklah sia-sia, karena Allah adalah Dzat yang Maha sempurna. (Q.S. Al-Mu’minun : 115-116)
- Beriman bahwa Allah swt telah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk memperkenalkan Dzat-Nya kepada manusia, tujuan penciptaan, asal dan tempat kembali manusia. (Q.S. An-Nahl : 36)
- Beriman bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mengenal dan mengabdi pada Allah swt. (Q.S. Adz-Dzariyat : 56-58)
- Beriman bahwa balasan bagi mu’min yang taat adalah jannah dan orang kafir adalah neraka. (Q.S. Asy-Syura : 7)
- Beriman bahwa manusia melakukan kebaikan maupun keburukan atas pilihan dan kehendaknya sendiri. Tapi untuk kebaikan juga dipengaruhi oleh Taufiq/hidayah dari Allah dan keburukan tidak ada paksaan dari Allah. (Q.S. Asy-Syams : 7-10, Al-Mudatsir : 38)
- Beriman bahwa pembuat hukum hanyalah hak Allah yang tidak boleh dilangkahi, dan seorang muslim boleh berijtihad yang disyari’atkan oleh Allah. (Q.S. Asy-Syura : 10)
- Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah. Dari Abu Hurairah ra : telah bersabda Rasulullah saw : “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, tidak seorang pun menghafalnya melainkan ia pasti masuk surga. Dan Dia (Allah) itu ganjil dan mencintai yang ganjil.”(HR. Bukhari dan Muslim)
- Merenungkan ciptaan Allah dan bukan Dzatnya. “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kalian berfikir tentang DzatNya, karena kalian tidak akan mampu menjangkauNya.”(Abu Nu’am dalam Al-Hilyah, dan Al-Asbahany dalam At-Targhib wa Tarhib)
- Berhubung dengan sifat-sifat Allah s.w.t terdapat banyak ayat-ayat suci Al-Quran Al-Karim yang membuktikan kesempurnaan ketuhanan (Uluhiyyah-Nya).
- Saya harus meyakini bahwa pendapat para salaf lebih utama untuk diikuti, khususnya dalam persoalan takwil dan ta’thil, serta menyerahkan pengetahuan mengenai makna – makna ini kepada Allah Swt. Tanpa harus menyebabkan dijatuhkannya vonis kafir atau fasik bagi takwil yang dikemukakan oleh orang – orang belakangan (khlaf).
- Mengabdi kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya. (Q.S. An-Nahl : 36)
- Merasa takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada selain-Nya. Rasa takut kepada Nya harus mendorong untuk menjauhi apa yang dimurkai serta diharamkan Nya. (Q.S. An-Nur : 52)
- Berdzikir kepada Nya secara kontinyu. Dzikir pada Allah merupakan obat spiritual yang ampuh dalam menghadapi tantangan zaman dan segala bencana yang menimpa kehidupan. (Q.S. Ar-Ra’d : 28, Az-Zukhruf : 36-37)
- Mencintai Allah sampai hati dikuasai oleh Nya dan terkait erat dengan Nya sehingga mendorong saya untuk lebih baik dan rela berkorban di jalanNya. (Q.S. At-Taubah : 24)
- Bertawakkal kepada Allah dalam segala urusan saya. (Q.S. At-Thalaq : 3)
- Bersyukur kepada Allah atas nikmatNya yang tak terhitung. (Q.S. An-Nahl : 78, Yasin : 33-35, Ibrahim : 7)
- Beristighfar kepada Nya secara kontinyu karena dapat memperbaharui taubat, iman, dan menghapus dosa. (Q.S. An-Nisa’ :110, Ali-Imran : 135)
- Menyadari bahwa diri selalu diawasi oleh Nya kapan saja dan di mana saja berada. (Q.S. Al-Mujadilah : 7)
B. Mengislamkan Ibadah
Ibadah dalam Islam merupakan Puncak kepatuhan dan kerendahan kepada Alloh. Merupakan puncak merasakan betapa agungnya keagungan Nya. Ibadah merupakan anak tangga penghubung Sang Khaliq dengan hamba Nya. Ibadah hanya lah untuk Alloh (menghadirkan diri hanya untuk Alloh. Untuk mengislamkan ibadah, maka:
- Menjadikan Ibadah hidup dan bersambung (berhubungan) dengan Alloh. Dalam hal ini ialah ihsan.
- Ibadah khusyuk sehingga merasakan manisnya, bahkan mampu memberi kekuatan untuk terus mengerjakannya.
- Dalam ibadah, hati harus hadir sepenuhnya kepada Alloh, idah dicampuri memikirkan segala kesibukkan dan urusan duniawi.
- Senantiasa ingin beribadah tanpa merasa cukup. Selalu menambah dengan amalan sunah.
- Selalu berkeinginan besar dan melakukan sholat malam, karena ini merupakan kekuatan yang memantapkan iman dan mengerjakan amalan sunah lainnya.
- Harus meluangkan waktu untuk membaca dan memahami (mentadaburi) Al-Quran, terutama waktu fajar, duha.
- Harus menjadikan doa sebagai perantaraan kepada Alloh di setiap urusan hidup
Tujuan pokok dari risalah Islam adalah Akhlaq mulia. Ia merupakan buah dari iman, wujud dari ibadah. Lalu ditunjukkan dengan perbuatan. Untuk mengislamkan akhlaq, maka:
- Bersikap wara’ (hati-hati) dari segala hal subhat
- Menundukkan pandangan (Q.S An-Nur:30)
- Menjaga ucapan/lidah
- Memiliki rasa malu
- Lemah lembut dan sabar (Q. S As-Syura: 43, Al-Hijr:85, As-Shad:10, An-Nur:22, Al-Furqan:63)
- Bersifat benar/Jujur
- Tawadhu’
- Menjauhi prasangka, hibah, dan mencari-cari aib orang lain.
- Murah hati dan dermawan
- Teladan yang baik
- Mengislamkan Rumah Tangga dan Keluarga
Membawa Risalah Islam tidaklah cukup untuk diri sendiri, karena dakwah bukan hanya untuk sendiri namun orang lain. Dalam hal ini dari lingkup kecil terlebih dahulu yaitu mengislamkan rumah tangga dan keluarga. Untuk mengislamkan ranah ini, maka:
- Tanggung jawab pernikahan harus karena Alloh (Q. S Ali Imran: 34)
- Tujuan pernikahan hendaknya ialah untuk menjaga pandangan, memelihara kemaluan dan bertakwa kepada Alloh.
- Memilih calon Istri yang baik, karena ia yang akan menjadi teman seperjuangan dan tentunya berkaitan dengan mendidik keturunan.
- Memilih Istri yang berakhlak mulia dan karena agamanya, bukan hanya karena kekayaan dan kecantikan.
- Harus berhati-hati dalam urusan ini agar tidak terkena murka Alloh.
- Tanggung jawab pascapernikahan
- Harus bersikap baik dan menghargainya, agar tumbuh kepercayaan antara saya dan dia.
- Jangan sampai hubungan dengan istri sebatas hubungan ranjang dan nafsu semata. Tetapi yang lebih penting yaitu harus ada hubungan kesesuaian dalam pemikiran, spritual, dan emosi. (Qs. Thaha : 132 dan Maryam :55)
- Hubungan dengan istri harus mengikuti tuntunan syara’. Jadi, tidak dijalin dengan mengorbankan Islam atau dalam hal – hal yang diharamkan Allah
- Tanggung jawab mendidik anak
D. Mengalahkan Nafsu Saya
"Golongan yang mengikuti hawa nafsu mereka, yaitu orang kafir dan orang yang mengikuti jejak mereka. "(Q. S Al-Jasiyah;23)
- Ada tipe – tipe orang yang bersungguh – sungguh memerangi nafsunya dan melawan keinginannya. Mereka kadang berbuat kesalahan, tetapi kemudian bertobat. Mereka kadang bermaksiyat kepada Allah, namun lantas menyesal dan beristighfar.
- Sendi-sendi/perangkat-perangkat kekuatan dalam memerangi hawa nafsu
- Hati, selama ia hidup, sadar, bersih, tegar, dan bersinar. ( Al-Anfal : 2 , Al – Haj : 46 dan Muhammad : 24)
- Akal, selama ia dapat memandang, memahami, membedakan, dan menyerap ilmu yang dengannya dapat mendekatkan diri dengan Alloh (An-Nur:40 & Fathir:28)
- Tanda-Tanda kematian hati/akhlak
- Ketika hati mulai mengeras dan mati dan ketika akalnya padam atau menyimpang, sehingga akan terjadi penyakit was-was.
E. Sarana – Sarana untuk Membentengi Diri dari Masuknya Setan
Setidaknya ada 10 (Sepuluh) pintu yang dijadikan setan sebagai sarana untuk mendatangi manusia:
- Ambisi dan Buruk Sangka
- Kecintaan kepada hidup dan panjang angan – angan
- Keinginan untuk santai dan bersenang – senang
- Bangga diri
- Sikap meremehkan dan kurang menghargai orang lain
- Dengki
- Riya’ dan keinginan dipuji manusia
- Kikir
- Sombong
- Tamak
F. Sepuluh sarana menutup pintu masuk untuk setan :
"Kepercayaan kepada Islam harus mencapai tingkat keyakinan bahwa masa depan adalah milik agama ini." (Qs. Al-Mulk : 14)
- Sikap Percaya dan menerima
- Rasa takut terhadap datangnya kematian secara tiba –tiba
- Menyadari akan hilangnya nikmat dan keburukan hisab
- Mengingat karunia dan takut akan akibat yang akan menimpa
- Mengenali hak dan kehormatan orang lain
- Sikap menerima dan rela dengan pemberian dari Allah kepada makhluk-makhluknya
- Keikhlasan
- Sadar akan sirnanya semua yang ada di tangan makhluk dan kekalnya pahala di sisi Allah Swt.
- Rendah hati
- Percaya dengan apa yang ada di sisi Allah dan Zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia.
- Harus Yakin Bahwa Masa Depan Adalah Milik Islam
G. Beberapa faktor yang mendorong keyakinan :
- Rabaniyah Manhaj Islam
- Universalitas Manhaj Islam
- Elastisitas Manhaj Islam
- Kelengkapan Manhaj Islam
- Keterbatasan Sistem – Sistem “Wadh’iyah"