Belum ada dua minggu di awal tahun, sudah punya masalah dengan atasan. Penyebabnya di adu domba dengan sesama rekan kerja (yang padahal dia juga dulu pernah seperti itu) dan termakan oleh bujuk rayu bawahannya.

Perkenalkan dia Gara, anak baru yang baru bergabung dikantornya. Rekan sesama dan tim kerjanya yang lain bernama Eli, ibu rumah tangga yang tidak bisa dibilang sebagai seorang Ibu (sebenernya gak bisa dipanggil ibu karena belum memiliki keturunan sampai saat ini, habis mengalami operasi kanker myom di rahimnya) dan Sunar, seorang ayah bagi anak perempuannya yang sekarang menjadi duda karena istrinya meninggal muda (denger-denger sudah memiliki calon pengganti yang berprofesi sebagai PNS di tempat kantornya). Gara juga memiliki atasan bernama Bu Dyah, seorang ibu beranak dua yang suka novel thriller dan sangat suka hal berbau jepang serta supervisi dibawahnya adalah mas Panju, karyawan PNS baru berasal dari Malang dan pernah kerja sebelumnya menjadi karyawan honorer di instansi pemerintah didaerahnya.

Pada suatu hari, di minggu kedua awal tahun 2023, Gara dihubungi oleh Bu Nung (sebagai salah satu karyawan PNS yang berada di daerah beringharjo) untuk membantu masalah yang ada di unit organisasinya. Gara telah menyampaikan bahwa prosedurnya harus bersurat terlebih dahulu agar dapat meminta ijin kepada atasan namun Bu Nung masih meminta agar dapat pergi tanpa bersurat terlebih dahulu. Gara yang merasa tidak enak kemudian mengiyakan permintaan tersebut tanpa memikirkan resiko bahaya di depan yang menantinya. Gara juga mensiasati agar menggunakan jatah kerja dari rumah dan beralasan sedang sakit di kantor dan meminta kepada Bu Nung agar tidak melakukan publikasi kegiatan tersebut. Hingga pada pelaksanaan kegiatan itu, ditengah Gara menyampaikan materi tiba-tiba Bu Dyah menghubungi Gara dan menanyakan sedang sakit dan dimana. Gara pada saat itu deg-degan harus merespon bagaimana dan Bu Dyah ternyata yang sudah mengetahui Gara telah membohongi alasan tersebut akhirnya meminta Bu Nung agar dapat menghubungi atasannya dan meminta berbicara dengan pimpinan tempat instansi Gara bekerja.

Kesalahan Gara pada saat itu adalah tidak meminta bu Ning yang menghubungi secara langsung kepada bu Dyah untuk membicarakannya secara baik-baik, melainkan meminta Bu Ning untuk meminta atasannya agar langsung menghubungi pimpinan tempat Gara bekerja yang membuat masalah ini menjadi makin besar dari yang diperkirakan. Perasaan kalut dan tidak tenang membuat Gara mengambil tindakan ini menjadi grasak-grusuk dan membahayakan posisi karir Gara sendiri. Hingga karena keputusan tersebut, pada akhirnya Gara harus dikeluarkan dari tempat kerjanya karena penyalahan prosedur.

Dari kasus Gara, kita dapat belajar "jangan sampai kita salah niat, niat yang salah pasti akan membawa kita pada perbautan atau tindakan yang salah. Niat itu ibarat alamat, kalau kita salah menulis alamat maka ketika kita mengirimkan sesuatu pasti tidak akan sampai tujuan, karena kita salah sejak awal." dan Percayalah "jangan sekali-kali mengambil keputusan berdasarkan emosi/perasaan tanpa mengedepankan logika."

Semoga kita semua selalu berada di jalan yang benar dan tetap profesional dimanapun berada.

Tambahan:
Penamaan tokoh dalam cerita diatas adalah fiktif belaka, bila ada kesamaan alur cerita dan kejadian itu diluar dari skenario penulis.