Teruntuk, kamu.


Bila suatu hari nanti kamu tersadar tak menemukan kabar apapun tentangku. Dikala dulu tulisan-tulisan ku pernah berisikan tentangmu, kini nyatanya sudah tak bisa lagi kamu temui di mana pun.  Juga di linimasa maya milikku juga takkan lagi mempublikasikan sekumpulan kalimat yang mengandung tentangmu, sama seperti dulu waktu aku belum bertemu denganmu juga tentang perasaan ini.


Maaf dan percayalah, saat ini aku betul-betul berhasil menghapusmu dari angan, harap, juga mimpi yang sempat kupinta penuh harap padaNya berulang kali. Tak bisa kuhitung malam yang aku sempat lalui terisak tangis menyebut namamu diatas sajadah itu. Hingga pada akhirnya aku diberi pelajaran untuk tidak menaruh harap lebih yang nantinya timbul kekecewaan.


Semoga kamu dapat memahami, jika aku slalu memiliki cara tersendiri untuk memulihkan diri dari tiap-tiap luka yang membekas di ingatan maupun hati. Meski harus meninggalkanmu pergi.


Aku hanya takut ditanya olehNya, jikalau aku menghabiskan waktu mudaku dengan hati yang penuh noktah, akan dosa perasaan karena khilaf pernah mencintaimu dengan diam yang dalam, sebuah cara yang salah karena menaruh harap tinggi padamu. Walaupun nyatanya disekolah kita harus belajar dahulu, sedangkan di realita saat ini sebaliknya. Kita diuji, diberi kesulitan dulu baru mendapatkan pengalaman dan belajar.



Kamu mungkin bisa saja menjadi orang yang tepat buatku. Akan tetapi saat ini bukanlah waktunya, membuatku malah terjerembab dalam kubangan sesal. Tentang harap yang pernah kuletakkan tidak pada tempatnya. Pada akhir letak tulisan ini, aku memutuskan untuk memilih menghilang dari dimensimu. Jika kamu menyadarinya nanti, tolong jangan paksa aku untuk tetap tinggal, aku sudah tidak ada hati dan tempat nyaman disini, seperti katamu waktu itu.


Dan bila nanti kamu kembali lagi dimasa depan, dengan pribadi dan ruang waktu yang berbeda, maafkan aku bila aku tak dapat berjanji apakah masih ada ruang untukmu lagi atau tidak. Pun juga bila kamu sudah menemukan oranglain yang bersedia menghabiskan waktunya bersamamu.


Akhirnya, cara inilah yang aku pilih untuk menyelamatkan kita. Tidak. Cara inilah yang aku ambil untuk menyelamatkan diriku sendiri. Menghilang dan menghindar dari radarmu agar tak lagi terasa sakitnya, beginilah aku memulai berdamai untuk tetap hidup pada diriku dari seseorang yang pernah aku pertaruhkan. Aku ijin, untuk Pamit selamanya dalam setiap dimensi keahidupanmu!