Sesuai ramalan dari sejumlah asumsi para ahli dan literasi yang penulis baca, bahwa pada tahun 2020-2035 bangsa Indonesia akan mengalami fenomena bonus demografi. Tapi sebenarnya apa sih bonus demografi itu?
"Bonus demografi merupakan kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan usia nonproduktif (0-14 dan 65 tahun ke atas). Artinya makin banyak usia produktif yang memiliki penghasilan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian Negara Indonesia  menjadi negara Maju yang diproyeksikan akan menikmati puncak bonus demografi pada tahun 2020-2035."














Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Ratio Ketergantungan Daerah di DKI Jakarta sebesar 42,0% pada tahun 2020, ini artinya dengan ratio sebesar itu sekiranya Indonesia mampu menjadi negara maju yang dari jumlah penduduknya kian meningkat dapat memberikan pengaruh postifi terhadap perekonomian maupun sektor lainnya sebagai negara adidaya baik di kancah Asia bahkan Internasional.
Namun, jika melihat kondisi sekarang, di era globalisasi ini muncul kekhawatiran bahwa bonus demografi makin sulit dicapai. Dikarenakan berbagai faktor yang ada seperti; masalah pendidikan, ekonomi hingga lapangan pekerjaan yang sulit didapat. Hal itu menjadikan bonus demografi sebagai pisau bermata dua, yang difahami apabila suatu negara mampu mengoptimalkan jumlah penduduk yang Ada dengan membuat mereka memiliki penghasilan maka tentu saja tujuan sebagai Negara maju dapat tercapai. Sebaliknya, apabila negara telah gagal dalam memfasilitasi masyarakatnya dalam memiliki penghasilan dengan segudang keterampilan, maka akan terasa jauh dan sangat tidak mungkin negara itu maju karena masyarakat akan menjadi beban bagi negara itu sendiri dan Negara mau tidak mau harus memenuhi kebutuhan hariannya.
Belum lagi tentang pengaruh globalisasi ini, akankah kita sadar bahwa para pemuda bangsa kita saat ini sedang dilemahkan oleh perkembangan teknologi? Pemuda kita memang tidak sedang dilemahkan secara fisik oleh senjata dan juga perlengkapan perang lainnya. Melainkan mental pemuda penggerak bangsa saat ini dilemahkan secara pemikiran nya dengan berbagai hiburan dunia. Daripada sibuk memperkaya keterampilan yang dimilikinya.

Lihat saja, betapa banyak anak muda yang hari ini tidak lagi idealis, salah satunya mengubah kualitas tujuan hidupnya. Contoh: Jika dulu tujuan hidup anak muda mental penggerak adalah untuk bisa diakui dengan karyanya, dengan kemampuannya, dengan kebermanfaatannya, agar bisa memotivasi orang lain. Kini tujuan hidup seseorang cukup dengan pengakuan oleh orang lain melalui dunia maya saja. Perubahan positif pada masyarakat, meningkatnya kesejahteraan rakyat, perekonomian yang mencukupi, pendidikan yang ideal, terciptanya kondisi yang baik, bukan lagi sebuah parameter untuk menunjukan seberapa hebat para pemuda penggerak. Kini jumlah follower, subscriber, like atau comment justru menjadi parameter yang lebih konkrit untuk menunjukan kehebatan diri mereka.

Sangat disayangkan, dimana para pemuda penggerak yang lahir di generasi Y (millenial) ini banyak anak mudanya yang disibukkan dengan “membuat” kehidupan di dunia maya demi mendapatkan pengakuan tersebut. Menghabiskan waktu untuk menciptakan “karya” yang mampu mengundang pengakuan dari orang lain. Padahal nyatanya, “kehidupan” di dunia maya tersebut hanya akan mendatangkan pengakuan maya pula, fana dan tidak nyata. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran, bahwa bonus demografi kelak, hanya akan menjadi jumlah penduduk yang tidak memiliki manfaat apapun yang akhirnya menjadi beban negara. Maka sekiranya perlu ada pemahaman agar dapat menjaga keseimbangan para pemuda baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Saya sepakat bahwa para pemuda ini harus beradaptasi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi di era globalisasi ini dengan tujuan untuk meningkatkan kapabilitas serta kemampuan mereka dalam softskill dan pengembangan mengelola informasi yang positif, berfikir cerdas menganalisa dan bijak dalam bersosial media dengan menelusuri tanpa termakan fenomena hoax, ujaran kebencian ataupun perilaku yang tidak menyayangkan. Sebuah pembangunan suatu bangsa akan mudah tercapai bila generasi ini disiapkan dengan berbagai keahlian yang modern sesuai tuntutan yang dibutuhkan oleh dunia industri.
Andai saja, bila seluruh pemuda memahami betapa berharganya setiap waktu yang mereka miliki, tentu mereka tidak akan menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal yang tidak produktif, tidak bermanfaat dan tidak memiliki dampak terutama dampak bagi masa depan mereka.
Bayangkan saja, jika dalam sehari kita menghabiskan waktu sebanyak 1 jam untuk hal yang tidak bermanfaat (sia-sia), maka dalam setahun setidaknya kita sudah kehilangan sebanyak 365 jam. Bagi sebagian orang 365jam adalah waktu yang berharga untuk belajar hal-hal baru, mendalami sebuah skill, menciptakan sebuah mahakarya, membuat sebuah perusahaan atau membangun visi hidupnya sedikit demi sedikit. Sedangkan ada yang menghabiskan 365 jam lainnya hanya untuk mengejar hal-hal yang sia-sia. Itu kalau  hanya satu jam, namun realitasnya berapa jam dalam sehari yang kadang kita sia-sia gunakan? Bila lebih dari itu, seharusnya mulai khawatir bahwa waktu itu sangat berharga dan kita sama sekali tidak bisa merebut kembali walau hanya sedetikpun.

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." [al-‘Ashr/103:1-3].
Maka, mulai dari sekarang gunakanlah waktu kalian dalam hal atau kegiatan yang bermanfaat di era globalisasi ini agar tujuan negara untuk memperoleh bonus demografi dan menuju negara maju dapat terwujud kelak sehingga pemuda penggerak ini tidak  menjadi beban bagi negaranya. Dan pemerintah juga wajib menyediakan fasilitas yang dapat menciptakan lingkungan bagi para pemuda agar tetap melakukan hal-hal yang produktif, mempersiapkan generasi emas untuk menghantarkan negara indonesia kearah yang lebih maju.