Hari ini siang terasa begitu teduh,
angin pun berhembus sejuk,
dan burung pipit berkicau dengan riangnya,
menikmati kenyamanan yang ia dapatkan,
dari lingkungan tempat tinggalnya.

Aku penasaran mengapa burung pipit ini begitu riang, lebih riang ekspresinya lebih daripada makhluk hidup lainnya yang pernah aku lihat. Burung itu terbang kesana kemari sambil bercicit kegirangan sesekali hinggap di ranting sebuah pohon yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat dudukku. Dalam fikirku, pasti burung ini telah mendapatkan suatu hadiah yang membuatnya begitu riang dan gembira tanpa memikirkan beban apapun dipundaknya kini. 

Berbeda dengan sebangsaku, manusia lain mencoba untuk mengumpulkan harta yang mereka dapatkan hanya untuk kepentingan dirinya pribadi dan saling acuh terhadap kehidupan oranglain apakah tetangganya bisa makan kenyangpun tak terfikir olehnya, yang terfikirkan adalah pencapaian dan kegoisannya. Karena kesibukannya yang membuatnya seringlupa menjadi makhluk sosial.

Aku kembali melihat burung pipit itu kembali merapihkan tempat sarangnya:
"Ahh..rupanya kau kini menjadi seorang Ayah. Tak heran kau begitu girang dan gembira dengan terbang kesana kemari sambil bercicit." kataku

"cit..cit..cit..cit..cit" balasnya.

"Aku tahu, aku tahu, senang bukan rasanya memiliki seorang anak dari keturunanmu? apalagi bila ditambah dengan kau memiliki pasangan yang setia, burung" lanjutku
burung itupun berhenti terbang dan masuk kembali ke dalam sarangnya yang berada di belakang pohon. Jarak antara ranting dengan rumah sarangnya adalah 1 lengan.

"Sungguh burung yang beruntung."

ia bisa berkumpul dengan keluarganya dan begitu menikmati hidup yang diberikan.

Andai manusia tak perlu memikirkan apapun dalam hidup: seperti bayaran tagihan, biaya untuk mahar nikah, biaya beli motor untuk mobilitas ataupun mencari kredit rumah yang murah dan bebas dari riba." lanjutku

"MUSTAHIL!!!"
Bodoh sekali aku berfikir seperti ini.

"Harusnya detik ini aku mulai memikirkan masa depanku
daripada melihat burung bersama keluarga kecilnya." lanjutku.